Coklat buat loe

aprian - September 9th, 2010

Gue tu gak pinter bikin loe ketawa, tapi gue yakin coklat ini bisa. Makanya gue beliin coklat, biar loe bisa ketawa lagi … :)

0 Kata

Seperti kacang

aprian - May 5th, 2010

Kalau 5, 10 atau 15 menit sih gak papa. Atau kalau urgent. Tapi kamu …“, jawabnya galak.

Ya habis nelpon kamu itu kayak makan kacang, gak bisa berhenti kalau belum habis“.

30 second ya?“, balasku.

Ia diam, tak menjawab pesan singkatku.

*tuuut… tuuut … tuuut*

Ya?” Sahutnya ketus menjawab panggilan teleponku.

30 second ya?” tanyaku langsung.

Ia tak menjawab, dan itu artinya iya. Dan aku tahu ini tak akan menjadi 30 detik saja.

***

I used to hide and watch you from a distance
And I knew you realized
I was looking for a time to get closer
At least to say “Hello”
And I can’t stand to wait ‘till night is coming to my life

~endah n rhesa – when you love someone~

8 Kata

Selamat Ulang Tahun

aprian - April 27th, 2010

Selamat ulang tahun Sekar Putih.

Selamat ulang tahun Achillia.

5 Kata

dan mimpi yang nyata

aprian - April 4th, 2010

Musik yang berdentam-dentam memekakkan telingaku. Lampu temaram dan asap rokok bergumpal seperti awan.

Ikutin gue!” teriak temanku di telinga. Aku memegang bahunya, mengikuti langkahnya menerobos di kerumunan orang-orang yang asik menari dan tertawa mengikuti dentaman musik.

Kami masuk ke sebuah ruangan. Suasana jauh lebih buruk dari diluar. Ruangan yang lebih gelap, hanya sesekali lampu berwarna putih, merah, biru dan hijau bersinar berputar-putar. Bau rokok, alkohol, parfum dan keringat bercampur. Gadis-gadis dengan pakaian minim menari, berputar tertawa sambil dikelilingi para lelaki. Sesekali mereka menggoda dengan  meliukkan badan mendekati para lelaki. Sebuah pameran hedonisme.

“Eh ini kenalin temen gue” kata temanku sambil menunjuk ke arahku. Aku menjulurkan tanganku kepadanya. Tangan lembutnya menggegam uluran tanganku. Ia mendekatkan kepalanya padaku dan menyebut namanya yang sayangnya aku tidak mendengarnya begitu jelas. Aku menyebut namaku juga. Kulihat sekilas ia tersenyum.

Ia menarik tanganku dan seakan berbisik, “Ikut gue“. Temanku sendiri sudah entah kemana, sepertinya ia pergi dengan teman si gadis yang diperkenalkan padaku ini.

Aku mengikutinya keluar dari ruangan. Sesaat genggaman tanganku lepas darinya dan ia menghilang. Kemudian, kulihat ia berjalan menaiki tangga menuju ke lantai atas. Aku mengikutinya menaiki tangga kayu itu dan menuju ke sebuah ruangan lain yang ada dipojok  dari lantai itu.

Ruangan ini berbeda, tak terdengar sedikitpun dentaman musik dan tak ada juga asap rokok. Di kiri kanannya hanya lemari-lemari yang penuh dengan buku-buku yang tebal. Disini yang aku rasa hanya kesepian yang dingin.

Ia duduk di lantai, meluruskan kakinya dan bersender di salah satu lemari buku. Ia tersenyum padaku dan seakan memanggilku untuk mendekat. Ada rasa hangat yang damai yang menjalar di tubuhku.

Aku mendekatinya dan merebahkan kepalaku di pangkuannya. Ia mengusap kepalaku lembut. Aku merasa damai datang setelah lama pergi. Merasa ada sepi yang hilang, diganti dengan rasa hangat yang lembut. Rasanya seperti pulang ke rumah setelah begitu lama pergi.

Aku menutup mataku perlahan …

***

Aku melonjak, terbangun. Melihat di sekitarku dan menyadari aku masih di kamarku bukan di ruang yang penuh buku-buku tadi dan juga bukan di pangkuan seorang gadis yang baru kukenal yang aku tak tahu namanya.

Aku bertanya-tanya, yang mana mimpi? Apa dunia tadi bersama gadis itu atau dunia sekarang di kamar ini?

3 Kata

Logika cinta

aprian - March 23rd, 2010

Cinta itu pake hati, gak butuh logika.

Loe pake logika ya pas bikin komitmennya, bukan pas jatuh cintanya.”

5 Kata

logika hati

aprian - January 26th, 2010

Aku gak ngerti, tapi aku suka. Mungkin karena aku pake hati, bukan logika.

11 Kata

Lampu Merah di Perempatan Jalan

aprian - January 9th, 2010

Tengah malam pukul 00.30.

Aku memacu motorku kencang. Jalanan yang tidak begitu ramai membuatku leluasa untuk melaju dengan cepat diantara malam yang semakin larut. Udara dingin menampar wajahku.

Aku mulai mengurangi kecepatan motorku dan berhenti tepat di garis lampu lalu lintas. Lampu warna merah menyala dengan terang, kontras dengan suasana temaram di jalan ini. Jalan ini adalah perempatan antara jalan Hasanudin dengan jalan Gunung Kawi. Jalan yang siang hari selalu padat dengan kendaraan bermotor karena di ujung Utara jalan Gunung Kawi ini adalah sebuah pasar.

Tanpa sadar aku melihat ke kanan dan tersenyum. Melihat sebuah toko yang membuat ingatkanku melayang tentang rasa rindu yang kupunya dulu.

Di sebelah kiriku seorang bapak-bapak tua duduk diatas motor tuanya dan berkonsentrasi dengan lampu merah. Di belakangku beberapa mobil terlihat sabar menunggu. Kendaraan mulai berdatangan dan dengan tenang menunggu di belakang garis dari lampu lalu lintas. Semua orang mengantri dan menunggu.

Lampu lalu-lintas ini masih berwarna merah, orang-orang masih sabar menunggu dan seperti terlihat asyik memandangi lampu merah itu. Aku merasa orang-orang seperti terhipnotis. Diam dan menunggu lampu berwarna hijau. Padahal kalau saja mereka mau, mereka bisa saja tidak mengindahkan lampu merah itu, melaju menerobosnya karena jalan yang bersimpangan sudah tidak ada kendaraan yang lewat dan polisi lalu lintas juga tidak ada.

Aku jadi bertanya-tanya tentang ini. Apakah mereka berhenti dan setia menunggu lampu lalu lintas itu menjadi hijau karena alam bawah sadar mereka “memerintahkan” untuk tidak menarik gas dan melajukan kendaraan mereka ataukah mereka berhenti dengan kesadaran bahwa lampu lalu lintas ini membantu mengatur mereka berkendaraan agar semuanya selamat sampai di tujuan?

Lalu pertanyaan lain muncul di kepalaku, apa gunanya aku tahu tentang itu? Aku sendiri tadinya berhenti karena melihat lampu merah dan reflek saja menginjak rem dan berhenti di garis lampu lalu lintas ini.

Setelah ku pikir, lebih baik hal-hal kecil seperti ini dikerjakan oleh alam bawah sadar. Sama seperti hal-hal kecil baik lainnya seperti membuang sampah pada tempatnya, meletakkan kembali barang pada tempatnya, menyikat gigi sebelum tidur atau bahkan menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan. Alam bawah sadar bertindak cepat dan tanpa kita sadari.  Setidaknya dia tidak membuat kita berpikir apakah membuang sampah pada tempatnya akan menghasilkan pahala yang memberi surga dengan bidadari-bidadarinya. Tindakan kita menjadi tulus.

Lampu berubah hijau.

Aku menarik gas motorku kencang, membiarkan angin dingin menerpa wajahku. Kendaraan yang lain juga melakukan hal yang sama. Memacu kendaraannya untuk membawa mereka ke tempat yang mereka inginkan.

Pada akhirnya pertanyaanku tetaplah hanya pertanyaan tanpa jawaban. Tapi  yang penting ketika lampu merah semua mau berhenti di garis lampu lalu lintas dan setia menunggu lampu hijau datang bahkan ketika malam yang sepi sekalipun.

21 Kata