Api

aprian - November 29th, 2006

Aku sudah lama sendiri di sini, di sudut lapangan berdebu disebuah desa. Dulu anak-anak kecil senang bermain disekitarku, tapi sejak aku dicurigai menjadi sarang para hantu dan setan dan anak-anak itu ditakut-takuti oleh ayah ibunya jika sedang nakal, aku menjadi sendiri disini. Penduduk kampung juga seperti membenciku tapi segan menebangku karena takut kalau para setan yang “bersarang” disini marah. Penduduk yang aneh.

Kalian pasti terkejut bagaimana sebuah pohon beringin bisa bicara. Tapi kalau boleh aku ungkap, sebenarnya kami para tanaman bisa bicara. Betul itu, aku tak bohong. Tapi mungkin kalian manusia butuh sesuatu untuk mendengarkan. Butuh hati yang tulus.

***

Sejak sedari 3 hari ini, seorang pemuda sering datang. Berperawakan Kurus, tinggi, dengan kulit yang kecoklatan dan seperti kurang terawat. Wajahnya kusut. Tatapannya lebih sering menerawang jauh. Kosong. Mungkin itu biasa, yang paling membuatku heran adalah letupan-letupan api amarahnya. Ini tak seperti biasa, cenderung berlebih. Kadang memancar panas yang kuat, kadang hilang begitu saja. Tapi lebih banyak memancar kuat.

Hari ini dia cuma duduk menyender pada tubuhku, api dalam tubuhnya juga hilang. Wajahna terlihat letih. Ia cuma memandang kejauhan, seperti mengharap sesuatu akan datang. Tangannya lebih sibuk melempar-lempar batu kecil yang ada disekitarnya. Kemarin-kemarin ia tidak begini, kadang ia memukulku hingga kelelahan dan jari-jarinya berdarah. Kadang ia hanya mondar mandir di depanku sembari menendang-nendang tanah. Kadang ia diam berlutut, dan membenamkan kepalanya. Bahkan sempat ia menggigil seperti kedinginan, menggenggam jemarinya erat seperti menahan rasa sakit dari dalam dirinya.
Tapi ia tak pernah bicara, berteriak bahkan berbisik sekalipun. Ia hanya diam.

Aku juga cuma bisa diam. Jika saja dia bisa mengerti apa yang kubicarakan, mungkin kita bisa…yaah, istilah manusia-nya….curhat.

Kamu bisa mendengarku kan?” tanyanya lirih tanpa menatapku. “Awalnya aku pikir ini hanya perasaanku saja yang bicara. Tapi, akhir-akhir ini semakin terasa“. Aku cukup terkejut. Belum pernah ada yg bisa berbicara padaku. “Ya nak, aku mendengarmu“, sahutku.

Ia kembali diam.

Kamu baik-baik saja?“. Rasanya pertanyaanku aneh, tapi aku juga bingung mau bertanya apa. Ia juga hanya diam, melempar sebuah batu kecil jauh-jauh. “Kalau aku jawab ya berarti aku bohong, tapi kalau aku jawab tidak, saat ini aku masih hidup. Menurutmu?“. Ternyata pertanyaan sependek itu butuh jawaban yang panjang dan lagi malah bertanya balik. Menyebalkan!.

Kamu kenapa nak? Kenapa marah seperti itu?“.

Ia berdiri, berjalan memutariku, lalu berhenti dan berdiri membelakangiku menghadap matahari terbenam.

Darimana kamu tahu?

Yah, nenek-nenek sariawan juga tahu kalau kamu lagi marah“.

Ia menatapku sekilas, tersenyum tipis.

Kamu tahu rasanya dicampakkan?” tanyanya.

Hmmm…mungkin pernah. Dulu anak-anak kecil banyak bermain disini. Menghibur untuk pohon beringin setua seperti diriku melihat anak-anak bermain dan tertawa. Tapi kemudian beredar kabar kalau aku adalah sarang hantu dan setan. Sejak saat itu mereka tak pernah bermain disini lagi. Aku merasa tercampakkan.

Kamu mengalaminya?” tanyaku.

Ia diam. Api dalam tubuhna membesar lagi. Wow!. Dan buatku itu artinya ya.

Tak baik menyimpan amarah. Maafkanlah nak.

Maaf? Emang lebih gampang ngomong!. Kamu pikir setelah bicara maaf lalu semua bisa selesai dengan baik seakan-akan gak terjadi apa-apa? Bagaimana dengan perasaanku?. Bagaimana dengan lukaku?.”

Api ditubuhnya semakin membesar. Aku jadi bertanya-tanya siapa yang mencampakkannya sampai seperti ini? Dan bagaimana sampai amarahnya tak tertahan seperti ini.

Lalu maumu apa nak kalau meminta maaf tidak menyelesaikan masalah?. Mungkin lukamu bukan karena tercampakkan, tapi mungkin ia menusuk tepat di egomu.

Ia terdiam, menunduk dan menutup wajah dengan tangannya. Ia seperti menahan sesuatu yang amat sangat sakit. Api dalam tubuhnya masih menyala-nyala besar.

Kamu bisa memilih untuk diam disini dan membiarkan api itu membakarmu. Atau kamu bangkit, menegakkan dagu dan menghadapi ketercampakkanmu itu. Dicampakkan bukan berarti kalah nak. Kalah hanya jika kamu diam dan membiarkan dirimu terbakar. Kamu boleh bersedih, tapi tak boleh larut“.

Nak, Tuhan menganugerahkan manusia 3 hal. Keberanian, untuk menerima tantangan, menghadapi semua resikonya. Ketabahan, untuk tetap tegak berdiri ketika semua hal buruk datang mendera dan Kebijaksanaan untuk memilih apakah tetap berani mencoba tantangan atau berhenti dan tabah menerima hasil bahwa telah gagal untuk kemudian mencoba tantangan yang lain“.

Aku diam. Ia juga hanya diam.

Bersikaplah bijak“.

Ia melepaskan tangan dari wajahnya. Kulihat matanya berkaca-kaca. Bagus nak, biarkan mengalir. Itu akan membuatmu lebih kuat.

Ah!, sok bijak!“, teriaknya.

Sinis sekali. Ia meninggalkanku pergi tanpa sekalipun menolehku. Walaupun ada nada marah disuaranya, tapi tak tampak api lagi di tubuhnya. Kuharap apa yang aku katakan membuatnya tersadar.

Manusia…manusia penuh dengan ego membuatnya jadi begitu rumit.

***

Esok hari. Ia hanya diam diujung lapangan itu. Wajah diamnya memandangku.

Kamu mau kemana?” tanyaku.

Ia diam, menunduk dan menarik tas ranselnya. Lalu berbalik dan pergi. Masih ada letupan-letupan api kecil di tubuhnya.

Pergilah nak, berjalanlah sejauh yang kamu bisa. Padamkan apimu sebelum ia membakarmu dan cari jawaban atas apa maumu“.

38 Kata untuk “Api”

  1. snydez berkata:

    padam gak bisa gambapang,
    dialihkan , di redirect, dilampiaskan.. kaya’nya lebih gampang..

    sst.. pri elo kader partai tertentu ya..? yang warna kuning itu..? :D :D

  2. tukang kebon berkata:

    jawaban itu kdg2 tidak perlu dicari, sudah ada digenggaman tangan, tp ngga tersadari..

  3. thuns berkata:

    iya ya… kenapa hantu byk menghuni pohon2 gede spt bringin ya???

    mgkin itu juga kenapa para HANTU BERDASI berteduh di partai berlambang bringin… haiuehaiehiaue…
    makanya dibenci masyarakat… :P

  4. dewi berkata:

    bener kata sony, energy itu ga bisa ilang. yg bener brubah bentuk. coba misal kemarahan bisa disalurkan menjadi ketabahan, atau dirubah bentuknya menjadi kebandelan. bandel untuk terus berjalan.

  5. Ndoro Kakung berkata:

    nice posting … terus menulis untuk mengobati dahaga saya

  6. tabah berkata:

    minta maaf lebih mudah daripada memaafkan
    memaafkan lebih mudah daripada berdamai dengan diri sendiri…

  7. maya berkata:

    manusia kalo udah kalah sama ego emang jadi rumit dan kompleks yah :)

  8. chocoluv berkata:

    sebuah tulisan yang membuat saya sedikit terhenyak dan mengaca…
    huff,,, namanya anak muda, emang gampang kebakar *membela diri* :P

  9. astrid berkata:

    nice posting..very” inspiring =)

  10. linda berkata:

    terkadang api dalam diri ini terbakar dan sulit utk dipadamkan, utk itu berusahalah agar api itu tak terbakar :)

  11. Jerry berkata:

    Apriiiiii …
    :)

  12. gre berkata:

    aku adalah air
    aku adalah api
    aku adalah angin

    aku adalah manusia
    tempat air, api dan angin

    : berseteru

    begitu kata penyair pri… :)

  13. mare berkata:

    ini pohon beringin yang mana pri…?
    seingatku ada pohon beringin di halaman pura dalem dekat lapangan pas mau masuk perumahanmu.
    inget dulu waktu kecil sering main ayunan di akar-akarnya…..

  14. venus berkata:

    gw suka ‘about me’nya ; biru-moody-keras kepala-pemberontak-dilema-sensitif-melankolis-aneh-labil.

    berasa ngaca…:p

  15. yati berkata:

    aih…keren2 tulisannya…adem nih blognya. bener juga kata ndoro kakung, teruslah menulis, buat obat dahaga. ijin ya bos, sesekali gw maen lagi kesini!

    eh iya, kadang kalo capek BERGERAK, gw bersenandung di http://senandung.wordpress.com
    *maap…agak2 promosi, padahal maksudnya buat pertemanan, hehehe. Thanks kunjungan dan commentnya di blog gw

  16. dhei berkata:

    duh apriiiii ada kemajuan yaaaa… setelah skian lama ga menjenguk dirimu di sini, ternyata dikau sudah pandai menulis yang super panjang2 sampe gw males mau bacanya

    *bow, bow*
    maap maap yaaaaa…. *cengengesan*

  17. saras berkata:

    Wah ceritanya menarik sekali, membuat saya terkagum kagum!!!! Tapi menarik kok bener

  18. uli berkata:

    wahhh kmu moody juga yah
    berpelukannnnnn *ketemu sama yg moody juga*

  19. dinda berkata:

    “Keberanian, Ketabahan, Kebijaksanaan”: dalem, pak!

    ps. Tuhan juga menganugerahkan nurani untuk diikuti, dan akal untuk berfikir…

  20. bebek berkata:

    kalo dari sudut pandangku sih… itu “semangad”… cuman mungkin mesti belok kiri sama belok kanan dulu ya semangad-nya… semangad anak muda yang penyalurannya salah…. ya gitu itu deh… malah kesannya serem dan ga tau aturan :p

  21. Yu Darmi berkata:

    hiks…ceritone apik, mas. bikin lagi dong…

  22. okke berkata:

    OOT, udah gue kirim kemaren, paling senin sampe..

  23. MaIDeN berkata:

    Emang nggak gampang 2B a wise man :)

  24. -tikabanget- berkata:

    huummmm….

    beli dimana pu’un beringinna?

    *nglantur..*

  25. Tia berkata:

    LDR atau VLDR atau VVLDR ?.. :D

    itu artinya apa sih? aku nggak ngerti hehehe…

    kok ga ada SB nya, agar enak nyapanya, makasih dah mamdan komen…

  26. senja berkata:

    good post :)

  27. sireum berkata:

    apri, nggak up date lagi blognya ya? gak niat coment awalnya. tapi tetep gatel nih tangan. Biarkan lelaki itu berangkat. Memadamkan api yang menyala di dadanya. untuk pohon tua, berikan keteduhan daunmu kepadanya.

  28. suton berkata:

    Kalian pasti terkejut bagaimana sebuah pohon beringin bisa bicara. Tapi kalau boleh aku ungkap, sebenarnya kami para tanaman bisa bicara. Betul itu, aku tak bohong. Tapi mungkin kalian manusia butuh sesuatu untuk mendengarkan. Butuh hati yang tulus.

    Terang saja saya terkejut juga nggak percaya sebuah pohon berbicara dan itu hanya ada di cerita dongeng atau di pilem hollywod :D
    btw kamu cerita apaan pri…?!
    aku mau minta apinya buat nyalain rokok bisa ngak pri ? :D

  29. k berkata:

    aku akan pergi mencari air utk memadamkan api…

  30. Niwatori berkata:

    Pohon beringin kepada cowo kebakaran berlaptop.. Pohon beringin kepada cowo kebakaran berlaptop.. Ngabur ke jakarta kok jadi ilang blass.. Kalau dah balik lagi nanti harap segera hubungi counter penitipan barang. Okeh dul?

  31. thuns berkata:

    beradzzz…

  32. k. gibran berkata:

    api itu belum padam…
    hanya bisa dipadamkan oleh hembusan lembut angin cinta…

  33. bebex berkata:

    bex dagh baca ini 2 kali,,,
    masih seru ajha… :P

    pri,,,
    tau ga pohon itu sekarang ada dimana?
    bex mo ktemu..
    mo nanya something,, :P

  34. pradnyana berkata:

    memang hidup ga seperti yang kita mau, kita harus pilih salah satu sikap dan semua ada konsukuennya

    “the show must go on”

  35. astry berkata:

    tingkat kedewasaan bukan hanya di lihat dari segi penampilan dan cara ia bertutur kata tapi bagaimana seseorang itu dapat berfikir dan memilih mana yang baik dan mana yang benar…

  36. RATRIE berkata:

    nice..dalem banget n penuh arti.bikin jadi lebih wise.. hehe walo baru belajar.
    thanks yach.. inspiring banget.

  37. kris berkata:

    Setahu saya api bisa dipadamkan oleh air.
    Jika amarah itu api, apakah air yang bisa memadamkannya?

    Setahu saya api akan padam jika Oksigen disekitarnya habis terbakar. Tapi jika tidak ada lagi oksigen dimanakah kehidupan?

    Setiap orang butuh kesempatan kedua, kesempatan itu datang dari kepercayaan, dan kepercayaan ada dalam keberanian untuk kembali belajar mengasihi dan mengampuni. Semua adalah proses, biarlah dia berlari, sebab proses itu tidak akan selesai dalam sehari.

  38. ahead berkata:

    wah ceritanya bagus…….
    Sedih……
    aku sampe mau nangis…

Leave a Reply