Komitmen
aprian - February 9th, 2012
“Ok, sekarang mari kita lakukan dengan caraku. Cara ini akan sangat menyakitkan tapi berhasil“.
Wajahnya terlihat serius. Aku sedikit terkejut dengan pernyataannya.
“Baik. Lebih sakit apalagi selain dari yang sudah kualami. Aku tak peduli“, sahutku. Sedikit ragu, tapi aku pikir kalo semua jalan sudah dicoba dan ada yang menawarkan cara yang lain, kenapa tidak kita coba? Gak ada salahnya bukan?
“Sederhana. Pertama pikirkan tujuanmu. Tulis itu disini” sambil ia menyerahkan padaku sebuah pensil dan kertas. “Tulis dengan detail. Amat sangat detail hingga kalo ada orang lain yang membacanya dia merasa itu sangat nyata.”
Aku sedikit bingung dan terdiam sejenak. Perlahan aku mulai menuliskan apa yang sangat kuinginkan. Dia hanya diam menatapkku, menungguku menyelesaikan tulisanku.
“Nih, udah” kujulurkan kertas itu padanya. Ia mengambilnya dari tanganku, lalu mulai membacanya dengan serius. “Bagus, kamu memang pintar nulis ya?“. Ia tersenyum padaku. “Sekarang tutup matamu dan bayangkan hingga yang kamu tulis ini nyata“.
“Ah?” Aku jadi makin bingung. “Udah ikutin aja. Tutup mata dan bayangin aja sejenak“.
Aku ikuti caranya yang mulai sedikit agak aneh ini.
“Sudah?” tanyanya. Aku mengangguk pelan.
“Kedua. Sekarang tulis apa yang kamu harus lakukan dan apa yang kamu perlukan untuk bisa dapetin apa yang udah kamu tulis tadi itu” ucapnya sambil menyodorkanku kertas putih yang lain.
Baiklah pikirku, aku mulai penasaran dengan caranya ini. Aku mulai menuliskan apa yang dimintanya. Kali ini sedikit sulit. Aku diam, berpikir dan menuliskan apa yang terlintas di kepalaku. Sejenak kemudian kuserahkan kertas itu padanya. Ia membacanya lalu melipat kertas itu.
“Isi kertas pertama dan kedua itu ada disini kan?” tunjuknya ke kepalaku. Aku cuma mengangguk. Ia menegaskan lagi, “yakin kan?“. Aku mengenyirtkan dahiku. “Yakinlah!” jawabku sedikit agak berteriak. Ia tersenyum.
“Bagus!” dan ia mulai merobek kertas pertama yang kuberikan padanya dan cuma berucap “Dan lupakan ini“.
“Hei, kok gitu?” sahutku bingung dengan tindakannya. Lagi-lagi ia tersenyum dan mulai membuatku muak sekaligus penasaran. “Pokokna kamu lupain yang kamu tulis di kertas pertama tadi. Janji?”
“Lho, trus?” jawabku bingung. “Ikutin aja semuanya“.
“Ya pasti keingetlah, tapi ya gue bakal gak berusaha gak nginget-ngingetnya kalo gitu“.
Kemudian ia menyerahkan kertas kedua padaku. Aku menerimanya dengan kedua tanganku. Agak sedikit aneh, terasa seperti menyerahkan sesuatu yang sangat berharga.
“Kertas ini adalah kertas paling berharga buat kamu. Kamu harus berjanji dan berkomitmen penuh untuk ngelakuin semua yang kamu tulis di kertas ini tanpa ada bunyi keluhan sedikitpun terucap dari bibirmu. Pertaruhkan semua yang kamu punya untuk berkomitmen melakukan semua yang kamu tulis ini. Kamu sanggup?”
Aku menatapnya nanar, ia juga mendadak diam lalu menyahut, “maaf, harusnya bukan kalimat pertanyaan, harusnya .. kamu harus sanggup!” sahutnya dengan nada yang sedikit kuat menekankan pada kata sanggup.
Aku mengangkat bahuku dengan sedikit cemas apakah temanku masih waras apa tidak.
“Either do it or don’t, but don’t complain about it.” katanya sambil menepuk bahuku.
“Baiklah” sahutku tegas. Aku pikir, mungkin cara yang bodoh ini bisa berhasil. Kita lihat saja nanti dan doakan saja aku.
“Udah itu aja. Kita tunggu hasilnya ya. Semuanya tergantung kamu. Jalan yang kamu lalui ini bakal beda. Yang penting tetap komitmen untuk ngelakuin apa yang harus kamu lakuin. Jangan berhenti!”
Aku mendura. Sesaat semua hal dari masalaluku seperti datang melintas di kepala dan seperti menonton film lama yang bisu dan hanya terdengar bunyi proyektor pemutar film.
Tapi seperti katanya, lakukan saja tanpa mengeluh. Doakan aku …
July 31st, 2012 ≈ 3:25 pm
Bro, sorry gue kontak lewat komen blog lu. Secara gue email blm dibales. Bisa japri by email bro? Penting nih. Thx
October 24th, 2012 ≈ 2:38 pm
bisa dicoba nih buat tujuan masa depan.. hehehhhe..
December 1st, 2012 ≈ 6:47 pm
bli… apa kabarnya lama tak bersua neh?
emang yang kau tulis apa?
komitmen apa bli, komitmen pada pasangan untuk sehidup semati yak… :)
April 15th, 2013 ≈ 4:44 pm
Terus? Kapan mau posting lanjutan cerita ini?