Jejak Langkah
aprian - December 16th, 2010
Eh tunggu, berapa? Hmm, cukup banyak juga ya? Waktu seperti berlompatan tidak dalam deret hitung tapi dalam deret ukur. Tanpa sadar angkanya sudah cukup banyak. Dengan angka seperti itu, harusnya sudah banyak yang kulakukan. Tapi ketika kulihat kebelakang, tak terlihat jejak apa-apa.
***
Kamu pernah berjalan di bibir pantai? Ketika kita berjalan jejak langkah kita sesaat tertinggal di pasir pantai yang basah terkena air laut. Hanya sesaat ia ada sebagai bukti bahwa kita pernah melangkah disana, tapi tak lama air laut datang dan menghapus jejak kita seakan-akan kita tidak pernah hadir. Pantai kembali seperti perawan yang tak terjamah.
Mungkin yang kulalui sama seperti berjalan di pasir pantai. Jejak yang lalu sudah hilang, mungkin terlupa olehku atau memang aku tak pernah melaluinya, hanya diam di bibir pantai dan bertanya-tanya mana jejakku?
Daripada mendura memikirkan jejak yang hilang, kenapa kita tak berlari menari dan menciptakan jejak-jejak baru dan tak peduli apakah jejak itu nantinya hilang tersaput air laut. Mari kita menari, mencipta jejak dan biarkan kaki melangkah sesuai kehendak.
December 24th, 2010 ≈ 2:59 pm
makanya pri, jangan suka jalan di pantai dekat ombak, jejaknya jadi ga keliatan.
Jalanlah di atas semen yang masih basah, waktu para tukang pikir sudah cukup aman untuk ditinggalin pergi. Nah, gw yakin jejak lo pasti nempel, tercetak terus disana. hahaha!
ngasal pri, ga usah dipikirin….. :D
January 2nd, 2011 ≈ 9:42 pm
Salam kenal ya
December 18th, 2011 ≈ 11:38 pm
mebuat jejak kemudian sirna, sebuah permainan kehidupan. Demikian lakon yang silih berganti, baik dan jahat dalam 2 sisi mata uang yang sama,siap di untuk di mainkan……
January 4th, 2012 ≈ 7:53 pm
halo om aprian… mau gak jd adminya @RSJBANGLI ? kwkwkwkwkwkwk