Tertawa

aprian - October 15th, 2006

Lima tahun yang lalu…

Dari tempat kost gue di Kiaracondong menuju ke kampus gue di daerah Daeyuhkolot, gue mau gak mau pasti ngelewatin Pasar Kiaracondong. Yang namanya pasar itu pasti bikin macet, gak beraturan dan rame. Butuh waktu 1/2 – 1 jam hanya untuk ngelewati jalan depan pasar ini yang cuma berjarak kurang lebih 300 meter…. *keluh*.

Pedagang yang berjualan sembarang, angkot yang ngetem seenaknya, tukang becak yang parkir sembarangan, orang lalu-lalang di jalan raya, plus beceknya pasar bikin suasana terlihat “chaos” disana. Gue sendiri juga heran kenapa orang-orang masih aja ramai belanja disana.

***

Siang itu gue lagi butek banget. Lagi banyak masalah, mulai dari masalah skripsi yang belum kelar, warnet, kerjaan sampai masalah hati. Ditambah lagi jalan lagi macet-macetnya depan pasar kiaracondong. Udah bukan macet lagi namanya, tapi kayak mobil parkir di jalan raya saking lamanya gak jalan-jalan.

Gue duduk di belakang dekat pintu keluar, wajah sayu memandang keluar ngelihat orang-orang dengan kesibukannya. Ada 2 orang yang menarik perhatian gue, tukang service jam, dan satu lagi tukang jualan kaset. Mereka terlihat pembicaraan serius. Gue gak gitu denger apa yang mereka omongin tapi dari wajah seriusnya kelihatan kalo itu…..serius. Suara-suara mereka ketutupan ma suara jedang-jedung dari si tukang penjual kaset. Si tukang service jam sesekali mendekatkan diri, mungkin supaya suaranya terdengar lebih jelas.

Dan kemudian…mereka tertawa. Memang tidak ada yang aneh dengan tertawa mereka. Mereka tertawa lepas, raut serius dimuka mereka hilang. Yang ada hanya kebahagiaan, mata berbinar dan tertawa lepas. Mereka tidak peduli orang yang lalu lalang, mereka hanya tertawa. Tertawa seperti kita menerima hadiah terindah dalam hidup kita, tertawa seperti tanpa beban dalam hidup. Hanya tertawa…dan tertawa

Tertawa mereka mengusikku, membuatku berpikir tentang diriku dan mereka. Bukan maksud merendahkan mereka, tapi bayangkan, berapa orang sehari akan menservice jam? Berapa orang sehari membeli kaset?. Belum lagi tempat mereka berjualan tidak representatif. Belum pungutan-pungutan liar. Belum lagi biaya makan dan hidup mereka. Bagaimana dengan keluarga mereka? Bagaimana mereka menafkahi hidup keluarganya?. Bagaimana juga mereka bersaing dengan tukang service jam dan tukang jualan kaset yang ada di sekitar. Dan ribuan bagaimana-bagaimana muncul di kepalaku. Dan kamu tahu…. mereka bisa tertawa?. Siang bolong yang panas, suasana macet yang menjengkelkan dan beban hidup yang berat, mereka tertawa.

Dan gue? gue masih punya orang tua yang memberi gua uang tiap bulannya. Gue masih kuliah di salah satu kampus yang cukup favorite dan punya masa depan, gue masih punya warnet tempat gue mulai belajar tentang IT dan mulai ngerti arti kata “punya usaha sendiri”. Gue masih makan yang enak, gue masih punya baju yang lumayan bagus, gue masih punya temen-temen, masih punya orang yang sayang sama gue. Gue masih dikasih kesempatan untuk hidup.

Tapi…. tapi kenapa gue ngerasa hidup gue susah banget dan ribuan masalah datang mendera gini?.

***

Cukup lama gue diem dan gue ngerasa bodoh banget. Kenapa dengan begitu banyak kelebihan yang diberikan kepada gue di banding mereka, mereka bisa tertawa lepas dan gue mutung kayak langit mau runtuh. Kayaknya persoalan-persoalan dan tantangan-tantangan hidup yang mereka hadapi jauh lebih kompleks daripada gue, tapi mereka bisa “pasrah” dan mereka bisa tertawa.

Entah kenapa setelah itu gue ngerasa lebih lega. Gue juga belum menemukan jawaban-jawaban dari masalah gue. Tapi perasaan gue lebih tenang dan pikiran gue lebih jernih. Gue ngerasa lebih “ringan”.

Setiap gue ngalamin masalah yang menurut gue “berat”, gue selalu ingat ketawa kedua orang itu. Itu bikin gue semangat lagi dan berpikir lebih jernih buat menyelesaiin masalah-masalah gue.

Gue percaya kalau tiap orang punya pertempuran-pertempurannya masing-masing. Bagaimana kita bersikap itu yang menentukan gimana hasil akhirnya.

Jadi…

Tetap semangat.. dan tertawalah sebelum tertawa itu dilarang

18 Kata untuk “Tertawa”

  1. atta berkata:

    ah apri
    postingan ini menyentuh sekali
    tetap semangat jalani hidup ya
    ;)

  2. snydez berkata:

    tertawa membuat dunia jadi lebih indah ..

    *tsah ;P

  3. puty berkata:

    *terharu*
    ayo semangattt…

  4. chocoluv berkata:

    seperti kata dee on supernova… tertawalah, karena keindahanmu, tak tersentuh bahasa :)

    kadang kalo saya ga bisa ketawa, tapi pengin ketawa, saya jadi inget2 kejadian2 bodoh yg sering saya lakuin, saking banyaknya, saya jadi ketawa ketawa sendiri, hwakakaka :))

  5. aprian berkata:

    atta: cai yoo!!… :D

    snydez: tsah.. puitis jg loe son.. :P

    puty: makasihhh. Kapan balik dari hiatus put?.. ;)

  6. tukang kebon berkata:

    hu uh dan klo bisa menang di pertempuran itu bagus kan? deal with our self

  7. maya berkata:

    cerita yang touchy banget

    pandai2lah bersyukur baik saat susah maupun senang.

  8. dewi berkata:

    ah, iyah..keseringan kita ga nyadar betapa beruntungnya kita. sampai lupa, bagaimana berbahagia, krn kadang kita terlalu sibuk mencari definisi kebahagiaan itu sendiri.

    *ooopppssss…saya pake kata “kita” yah? :D*

  9. thuns berkata:

    yang pasti…
    kalo kita pandai bersyukur… pasti kesusahan itu gak akan membebani kita!
    *tsaaah…* kok gw sok dewasa yak :P

    tapi bener kok bro… gw blajar dikit demi sedikit untuk selalu mensyukuri yg ada di diri gw skrg ;)

  10. bebek berkata:

    jadi gimanaaa gitu abis baca.. fiuh… **jadi ngantuk… wakakaka**

  11. sa berkata:

    iya ya. kadang kita menjerit akan derita yg mungkin bagi org lain tidak seberapa. tp kitanya malah merasa org yg plg menderita. :)

  12. Mira berkata:

    Ketawa memang obat yang paling ampuh, dan bahagialah orang yang bisa bersyukur dan juga mampu mentertawakan diri sendiri. Hihihi.

  13. Niwatori berkata:

    Beuh belon tau aja lu pri dialog sbenernya:
    tukang jam: tu anak muda di angkot suntuk bner tampangnya, mana ngliatin kita mulu, udah tau hidup kita susah eh diplotot-plototin… jadi nervous kan gue ga bisa konsen serpis jam
    tukang kaset: tau tuh, anak kuliahan apa pegawai supermarket tuh pake seragam putih biru? pasti anak stt! kita ketawa-ketawa aja sapa tau di tau-tau tertarik jadi tukang jam atau kaset kaya kita, biar nyaho..

    Tapi lewat pasar kircon jam 2-4 subuh lebih inspiring lagi pri, atmosfir perjuangan hidup lebih terasa. Margin 25 perak, bisa idup. Tetep semangat! **sori lg ga bisa onlen**

  14. Inem berkata:

    jadi intinya apa toh, pri?
    kita harus ganti profesi jadi tukang jam atau tukang kaset biar bahagia, begitu?
    hahahaha *kidding dengs* ;P

    salam kenak yak aprian :)

  15. tabah berkata:

    kebijakan pasar kiaracondong :)

  16. cool berkata:

    touchy bgt jd still survive yaaa bro

  17. kresna berkata:

    wah artikel yang luar biasa!!!!!! 1000.000x

    kebetulan suasana hati gue pas baca artikel ini persis sama konteks yang diceritain di artikela ini. pokonya buat apriann gw salut lo bisa mentafsirkan detik-detik hidup ini dengan bijak dan mengolahnya jadi formula solusi yang sederhana naumn tokcer!! sip! keep survive for all

  18. hijrah berkata:

    sebenarnya… tidak ada kesedihan, penderitaan, kebahagian, yang ada hanya “jalan”. kita harus dapat membuat lapang jalan yang akan kita tempuh. nah… yang membuat adanya persoalan dan permasalahan dalam hidup adalah belum lapang jalan yang ditempuh, sehingga kita menemukan lika liku, keindahan dari kehidupan. kesedihan, tertawa, menangis dan kebahagian adalah konsekuensi jalan yang kita tempuh…

    angkat topi…

Leave a Reply