demi perasaan….

aprian - October 14th, 2005

analoginya seperti ini….“, aku menarik nafas panjang.

hallo?”

Ya, aku dengerin kamu kok

Gini, ibarat ada seseorang yang akan meletakkan permata yang begitu berharga di telapak tanganmu. Kamu sangat-sangat menginginkan permata itu terkepal erat di tanganmu untuk selamanya. Ingin memilikinya. Tapi karena suatu alasan yang tidak bisa diperdebatkan kamu tahu bahwa kamu tidak bisa mengepalkan jari-jemarimu untuk memilikinya

Aku diam sesaat.

Jadi aku memilih untuk mengepalkannya sementara saja dan kemudian membiarkan permata itu diambil lagi dari telapak tanganku. Aku hanya ingin merasakan perasaan indah ketika telapak tangan terkepal dan menggegam permata itu dengan erat, walau hanya sesaat

Aku diam…

Seperti itu?” tanyanya.

Ya seperti itu“. sahutku.

***

Jujur saja, aku juga bingung darimana aku mendapat analogi seperti itu. Melintas begitu saja dalam kepalaku. Tapi ya itu yang aku rasakan.

Aku hanya ingin merasakan perasaan indah itu, walau hanya sesaat. Bukan sebelumnya tak indah, tapi hanya aku belum menggegamnya erat. Ketika aku sudah menggegam erat dan permata itu diambil lagi dari telapak tanganku dan perasaan indah itu lenyap dan berganti dengan sedih, aku menerima konsekuensinya. Tapi kenangan akan perasaan indah itu tak akan tergantikan.

Seperti sekeping mata uang, selalu ada sedih, selalu ada senang. Kita tak bisa memilih salah satunya, kita harus menerima keduanya. Satu keping selalu dua sisi…. bukan begitu?

49 Kata

Jangan Curi Damai Kami!

aprian - October 2nd, 2005

12 Oktober 2002, kami tak akan lupa. Kami diserang !
Jujur saja kami marah saat itu, tapi kami tahu kemarahan tidak menyelesaikan masalah.
Kami hidup dari kedamaian, jika kami marah kedamaian tak akan ada. Bisakah kami hidup?
Tiga tahun kami merangkai lagi damai yang koyak. Melupakan semua luka dan marah kami dan merajut kembali hidup kami.

Hari ini kami diserang lagi. Dua bomb meledak di Kuta dan Jimbaran.
Ada apa?
Kenapa kami lagi?
Apa yang kalian mau?

Kami tidak pernah meminta merdeka seperti saudara-saudara kami di Aceh, Papua atau Timor Timur.
Kami juga tidak pernah melarang kalian datang ke pulau kami untuk menikmati damai yang seperti kami rasakan. Kami menyambut kalian semua datang dengan senyum disini.
Ketika kalian semua datang, bahkan terkadang membuat kami terpinggirkan, kami juga tidak mengusir kalian.

Lalu kenapa kami?

Apa damai yang kami punya membuat kalian gelisah?
Apa senyum yang kami beri membuat kalian marah?

Kami ingin marah, tapi kalau kami marah, apa bedanya dengan kalian?

Jangan curi damai kami lagi!

9 Kata