27

aprian - April 27th, 2005

1

2

3

4

5

6

7

8
.
.
.
.
.
.
24

25

26

27

Ahh….27…. tgl 27… umur 27.

23 Kata

Menunggu

aprian - April 5th, 2005

Gue masih di kereta, bentar lagi nyampe gambir“… *message sent*.

Gimana kalau langsung ke rumah gue aja ?“. Itu jawabannya. Menarik juga pikirku, toh aku tinggal naik kereta express saja.

Tar aku pikirin ya. Kalo dah nyampe gambir aku kasih kabar“. Balasku dalam pesan pendek di handphone.

***

Kereta gue jam 6“.

Eh. Loe jadi kesini ?..he he he he“. Dia tertawa senang.

Aku putuskan untuk menemuinya. Aku juga sedang malas untuk pulang ke rumah. Selain itu sudah lama aku tidak berjumpa dengan orang baru.

Masih jam 5 sore, berarti masih sejam lagi kereta baru akan datang. Aku naik ke lantai 3.
Orang-orang masih tak banyak. Biasanya jam 1/2 6 atau menuju jam 6 baru banyak yang datang. Rata-rata pegawai kantoran. Mereka berbaju rapi, yang pria berkemeja dengan dasi, yang wanita dengan blouser. Juga terlihat beberapa pemuda dengan tas ranselnya.

Aku melihat-lihat sekitar. Mencari tempat untuk sekedar menyenderkan kepala. Pegal juga kalo berdiri sejam.

Sejurus aku lihat tempat duduk kosong disebelah seorang wanita. Aku menuju kearahnya dan duduk disebelahnya. Tempat duduknya terbuat dari besi-besi bulat. Buat aku yg kurus, ini sebenarnya agak menyiksa, karena tak ada lemak yg menahan. Langsung ke tulang. Tapi tak apalah, toh cuma sebentar.

***

Buat aku duduk dikeramaian dan melihat orang lain melakukan aktifitas adalah sebuah keasyikan sendiri. Seperti menyaksikan panggung teater dan kita menjadi satu-satunya penonton. Semua orang sedang sibuk mentas, menjalankan lakon yang digariskan kepadanya

Seorang kakek dan nenek sibuk menyeret tas-nya. Bapak-bapak bergosip ria dengan teman-temannya. Gadis manis berdiri didepan sebelah kiriku, asyik berbicara dengan teman disebelahnya, “berapa no hpnya ya ?” senyumku dalam hati. Ada juga bapak yang duduk dengan berselonjor kaki dan sibuk membaca koran.

Tukang panggul tas berseliweran menunggu kereta datang, petugas kereta bolak balik lewat didepanku, entah apa yang diperiksa. Wanita disebelahkupun hanya bengong diam menatap kedepan. Di ujung, dipisahkan oleh 2 jalur rel, aku melihat kesibukan yang hampir sama.

Kemudian aku tersadar bahwa diantara hiruk pikuk semua ini, mereka melakukan satu kesamaan.

Ya, semua menunggu.

Para penumpang menunggu kereta datang sehingga bisa cepat pulang, bertemu keluarga, beristirahat melepas penat dari keseharian. Tukang panggul menunggu penumpang kereta yang turun untuk menyewa jasa mereka membawakan tas-tasnya. Petugas kereta juga menunggu kereta datang dan mengaturnya kemudian, melaporkan melalui pengeras suara kepada para penumpang. Bahkan mungkin semut di stasiun Gambir ini juga menunggu remah-remah roti yang terbuang.

Tiba-tiba aku seperti melihat kehidupan dalam ruang yang lebih kecil. Hidup ternyata tentang menunggu.
Setiap waktu yang kita lewati kita lakukan untuk menunggu. Mulai dari hal kecil, antri buang air di kamar mandi sampai hal yang besar, menunggu kematian.

Ketika menunggu, kita bernegoisasi dengan waktu. Berapa lama menunggu ? 5 menit ? 10 menit ? satu tahun ? satu abad ?.

Aku paling tak bisa bernegoisasi dengan waktu. Jujur saja, aku benci menunggu, selalu ingin waktu berjalan lebih cepat, tapi disisi lain aku juga takut waktu berjalan lebih cepat. Sebuah dilema bukan ?
Aku terperangkat dalam keinginan untuk menghentikan waktu dan menikmati masa-masa sekarang dan keinginan untuk mempercepat waktu untuk menikmati masa-masa depan.

Ketika dia bilang “Ya udah kita jalan minggu depan ya ?”. Aku senang, tapi di sisi lain berarti aku akan kehilangan waktuku seminggu. Waktu yang tak bisa kuputar kembali, waktu yang tak bisa kubeli lagi.

***

Kereta Depok Express di Jalur 3“. Suara dari petugas kereta seperti membangunkanku. Kereta yang aku tunggu tiba. Aku dan ratusan penumpang lain mulai bersiap-siap.

Satu penantian berakhir, dan aku menuju penantian baru. Dan rasanya semuanya akan berputar dari satu penantian ke penantian lain. Ya, hidup adalah tentang menunggu.

Dan aku….ya… aku menunggu kamu untuk membuka pintu dan membiarkan aku masuk dalam hatimu

21 Kata

Jangan

aprian - April 4th, 2005

Jangan….

Jangan tutup jendela itu
Biarkan aku melihatmu

Mungkin nanti akan kuketuk pintumu
Dan menyapamu dengan cinta

Sepertinya… aku telah jatuh cinta padamu

0 Kata