untuk sebuah cinta
aprian - November 22nd, 2002
Untuk Sebuah Cinta
{sebuah prolog}
“aku ingin bicara” kataku padanya di depan kelasnya. “tak ada yang harus kita bicarakan lagi” dan dia menunduk.”aku ingin bicara, 10 menit dan aku akan pergi. Terserah kamu mau mendengar aku atau tidak tapi beri kesempatan aku untuk bicara” lanjutku. Dia memandangku lalu menghela nafas “tidak, semua sudah berakhir. Jangan memaksa”. Kutarik tangannya ke taman depan kelasnya. Dia seperti melawan, namun entah kenapa dia menuruti langkahku juga. “Kenapa za?, tidak ada yang salah dengan hubungan kita, kenapa kamu menghentikannya ?”. Ada banyak kenapa dan kenapa di kepalaku yang membutuhkan jawaban. Ingin kumuntahkan semua sekarang. Dia tetap diam lalu memandangku “Sudahlah re. Semua sudah berakhir. Dijawabpun gak akan ngubah semuanya”. Aku bingung, berdiri diam di depannya. Di depan gadis yang dulu kumiliki, yang amat sangat kusayangi. “Jujurlah za, ada apa sebenarnya ? apapun jawabannya, lebih baik kalo kamu jujur daripada bersembunyi dengan jawaban-jawaban seperti ini”. Aku duduk di bangku taman dan dia duduk disebelahku memandang jauh ke depan. Matanya seperti menerawang, mencari sesuatu jauh entah apa. Aku memandangnya. Kamu sempurna buatku za, aku tak pernah punya perasaan sayang yang jauh seperti ini sebelumnya. Akan kulakukan apapun demi perasaan sayangku ini.
dan putri..jangan pergi
“re..aku hanya lelah. Lelah dengan hubungan kita. Lelah untuk mencoba. Aku ingin semua berhenti disini”. Dia menoleh kepadaku. “Kenapa tiba2 seperti ini za ? ada apa sebenarnya ?”. Kenapa, kenapa, kenapa…semuanya berputar-putar dikepalaku. “Re…aku dulu mencoba untuk membangun hubungan denganmu. Berharap punya perasaan sayang yang sama besarnya yang seperti kamu punya. Tapi re…ternyata aku tidak bisa. Dan aku lelah re…lelah untuk mencoba. Lelah untuk berpura-pura bahwa aku sangat sayang padamu. Maafkan aku re”. Dunia seperti berhenti sejenak. Aku menarik nafas, menahan semua emosi yang mengalir. Menenangkan perasaanku.
putri..kamu menyerah
membunuh harapan akan kamu
“re…”. Aku diam, mencari kata-kata untuk memulai berbicara. Entah, rasanya semua kata tidak cukup. Aku ingin marah, aku ingin berteriak, ingin menangis, ingin tertawa. Semua seperti berkecamuk dalam diriku.”ya za..jujur aja masih nggak nerima kalo kita selesai sampai disini”.”re, jangan paksa aku”. Aku memegang tangannya “Aku masih berjuang za untuk rasa sayang yang aku punya. Untuk hal ini aku memaksa. Akan ku lakukan apapun juga. Dan demi Tuhan za, aku sayang kamu”. Dia memandangku “re..aku pulang. Aku capek”. Dia berdiri lalu pergi. Menghilang di sudut sekolah
putri..aku tidak pernah menyerah untuk cinta yang aku punya
November 22nd, 2002 ≈ 9:48 pm
kadang-kadang, cinta adalah sebentuk ruang-ruang kosong yang hampa bentuk..